Minggu, 13 Januari 2013

Ilmu Sosial Dasar : Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat

Nama               : Dieta Dwi Rahayu
NPM                : 12112090
Kelas                : 1KA20
Mata Pelajaran : Ilmu Sosial Dasar # 4

STATUS SOSIAL

Status sosial adalah posisi atau tingkatan seseorang dalam suatu kelompok. Menurut Ralph Linton, status sosial adalah sekumpulan hak dan kewajian yang dimiliki seseorang dalam. Orang yang memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang status sosialnya rendah. (dalam odyrogents)
Munculnya status sosial disebabkan oleh adanya perbedaan dan peranan seseorang di lingkungannya, seperti di sekolah terdapat kepala sekolah yang memiliki status sebagai pemimpin di sekolah tersebut.
Menurut Pitirim Sorokin mengukur status sosial seseorang dapat dilihat dari:
• Jabatan
• Pendidikan
• Harta kekayaan
• Politis
• Keturunan
• Agama

Macam-macam status sosial (dalam odyrogents):
1. Ascribed status
Ascribed status adalah tipe status yang didapat sejak lahir seperti jenis kelamin, ras, kasta, suku, golongan, usia, dan sebagainya.
2. Archived status
Archived status adalah status sosial yang didapat karena kerja keras dan usaha yang dilakukannya. Contoh: harta, pendidikan, pekerjaan dan sebagainya.
3. Assigned status
Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang yang di dalam lingkungan masyarakat bukan didapat dari sejak lahir tetapi diberikan karena usaha dan kepercayaan masyarakat. Contoh: kepala suku, ketua adat, ketua RT, Presiden dan sebagainya.

KESIMPULAN
Status sosial adalah posisi seseorang dalam suatu kelompok dikarenakan adanya perbedaan. Macam-macam dari status sosial, yaitu: Ascribed status, contohnya jenis kelamin, golongan, agama dan sebagainya. Archived status contohnya pekerjaan, harta pendidikan dan sebagainya. Assigned status contohnya Presiden, kepala suku, ketua adat dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Ilmu Sosial Dasar : Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan

PERBEDAAN MASYARAKAT PEDESAAN DAN MASYARAKAT PERKOTAAN

Adat istiadat dalam masyarakat perkotaan dengan masyarakat pedesaan hampir jauh berbeda. Masyarakat pedesaan yang masih percaya dengan hal-hal mitos bagi dan kepercayaan dengan roh leluhur masih melekat, namun tidak untuk masyarakat perkotaan. Mereka sudah tidak percaya dengan hal seperti itu karena mereka dapat berpikir dengan lebih logis dan ada diantara mereka yang melakukan penelitian.
Masyarakat pedesaan masih cukup banyak yang masih ketinggalan zaman, yang belum tau tentang teknologi saat ini karena menurut mereka hal itu tidaklah penting, mereka lebih percaya dengan roh leluhur atau lebih patuh kepada kepala suku. Inilah salah satu penyebab ketidak tahuan mereka akan teknologi. Seperti masyarakat Bali yang sebagian besarnya masih mempercayai roh leluhur mereka dengan menggelar upacara adat.
Namun tidak semua masyarakat pedesaan tidak mengerti teknologi, sebagian ada yang sudah mengerti namun karena tempat tinggal mereka yang jauh dari kota dan cenderung masih kurangnya pemasukkan dari pemerintah seperti listrik, jaringan, karena tingkatan pendidikan yang kurang menjamin dan sebagainya menyulitkan mereka untuk terus mengikuti perkembangan zaman.
Masyarakat perkotaan yang masyarakatnya cenderung lebih memahami perkembangan zaman pun saling berlomba-lomba memakai teknologi yang canggih seperti gadget agar tidak ketinggalan zaman. Mereka lebih memilih mengerjakan sesuatu dengan teknologi dibandingkan dengan cara tradisional karena lebih efisien, cepat, inovativ dan mempercepat pekerjaan tanpa menunggu waktu lama.
Contoh untuk hal seperti ini dalam masyarakat pedesaan dalam membajak sawahnya masih menggunakan kerbau dan menumbuk padi untuk memisahkan beras dari kulitnya. Berbeda dengan masyarakat perkotaan yang membajak sawah dengan mesin pembajak khusus dan alat penggiling beras.

KESIMPULAN
Perbedaan adat istiadat dalam perkotaan dengan pedesaan masih jauh, dalam masyarakat pedesaan masyarakatnya masih menggunakan cara tradisional, seperti membajak sawah dengan kerbau. Sedangkan masyarakat perkotaan sudah cukup pandai dengan menciptakan mesin untuk membajak sawah secara otomatis. Hal ini dikarenakan kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat khususnya di pedesaan yang kurang mendapat pendidikan dengan baik dan terjamin.